silahkan bacalah

Keluarga Gus Dur Siap Lawan Amien Rais Dan Gerombolan People Power-nya!


Hari-hari yang makin singkat menjelang Pilpres 2019 terasa makin panas, buat kubu Prabowo sih. Soalnya hanya mereka yang makin kerap mengeluarkan kata-kata ancaman, tudingan, dan makian (serta hoaks). Prabowo gebrak-gebrak meja, dan menyebut kata-kata “perkosa”, “bajingan” dan “ndasmu”. Lalu dibela oleh gerombolannya, bahwa itu pertanda pemimpin yang tegas, harus bisa marah-marah. Lah kok Jokowi bilang “sontoloyo” sekali saja mereka kok menuding Jokowi kasar sampai Fadli Zon bikin puisi. Otak kebalik-balik. Lalu Amien Rais membawa massa menggeruduk KPU sambil mengancam akan membangkitkan “people power”. Kemudian dua hari lalu BPN Prabowo – Sandiaga menggelar konferensi pers untuk “menyampaikan peringatan terbuka”, terkait acara HUT BUMN. Padahal acara HUT BUMN-nya sendiri sudah digeser ke tanggal 20 April, demi menghindari fitnah! Ngancem melulu, percis kayak junjungannya, memaki-maki (elite) melulu, padahal yang dia maki itu adalah mantan mertuanya sendiri hehehe….
Isu “people power” ala Amien Rais memang sedang berusaha dikedepankan oleh kubu Prabowo. Tujuan utamanya hanya satu: untuk menakut-nakuti orang pergi ke TPS buat nyoblos. Untuk menakut-nakuti rakyat yang akan memilih capres 01, Jokowi. Memang ini adalah bagian dari strategi pamungkas mereka yang sudah bocor di media sosial.

Mirip dengan strategi mereka terhadap Ahok saat Pilkada DKI 2017 silam. Karena kalau 100% rakyat Indonesia nyoblos di TPS dengan pikiran yang jernih dan merasa aman, dipastikan kemenangan terbesar sepanjang masa akan diraih oleh Jokowi. Kenapa saya optimis? Lihat saja kampanye Prabowo di Solo kemarin, yang hadir lebih banyak orang dari luar Solo. Sementara kampanye akbarnya di GBK, Jakarta juga lebih banyak dihadiri oleh orang dari luar Jakarta, karena hotel-hotel pada penuh. Massa yang dibawa ya itu-itu saja.
Untuk mematahkan ancaman Amien Rais dan untuk membela KPU, Mahfud MD sebagai Ketua Umum Gerakan Suluh Kebangsaan, kemarin mendatangi kantor KPU Jakarta. Mahfud MD datang beserta puluhan tokoh, termasuk keluarga Gus Dur, yakni Sinta Nuriyah Wahid dan Alissa Wahid. Lalu ada juga Imam Prasodjo, Rhenald Kasali, dan 20 tokoh lainnya.
Gerakan Suluh Kebangsaan merupakan gerakan yang digagas oleh Mahfud MD pada awal tahun 2019. Berangkat dari keprihatinan melihat perkembangan bangsa Indonesia menjelang pemilu 2019, gerakan ini bertujuan mencegah perpecahan bangsa gara-gara pemilu Sumber.
Kemarin mereka mendatangi kantor KPU untuk memberikan dukungan dalam penyelenggaraan Pemilu 2019. Khususnya untuk merespons ancaman Amien Rais menggerakkan “people power” jika ada kecurangan dalam Pilpres 2019. Dilansir cnnindonesia.com, Mahfud meminta KPU untuk tidak takut dengan ancaman Amien tersebut. Sebab ada rakyat yang akan bersama lembaga penyelenggara pemilu. "Kami ke sini karena ada ancaman itu, people power untuk apa? Kan ada mekanisme hukum. Kami ke sini agar mereka (KPU) tidak takut dengan itu karena rakyat bersama mereka," kata Mahfud di depan jajaran pimpinan KPU.

Mahfud menyebut tudingan Amien bahwa KPU bisa memindahkan suara untuk salah satu paslon tidak masuk akal. Pasalnya pemilu di Indonesia menggunakan sistem penghitungan manual, bukan lewat teknologi informasi. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menyebut pernyataan Amien hanya untuk menggiring opini agar rakyat tak percaya terhadap kinerja KPU dalam menyelenggarakan pemilu. "Kami melihat ada gangguan-gangguan berupa, misalnya, upaya mendelegitimasi KPU sebagai lembaga yang independen dan ada upaya-upaya mendelegitimasi hasil pemilu," ujar dia. Mahfud cs memastikan dukungan yang sama berjalan di daerah-daerah. "Kita juga akan pastikan dukungan ini sampai ke daerah-daerah," tuturnya.
Kedatangan Mahfud MD dan rombongan ini disambut langsung oleh Ketua KPU Arief Budiman, Komisioner KPU Viryan Aziz, dan Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi. Arief Budiman menyambut baik dukungan itu. Arief menyebut dukungan para tokoh ini sebagai tenaga baru KPU. "Tenaga kami ini terkuras oleh persiapan, ditambah lagi dengan tuduhan-tuduhan semacam itu. Dukungan hari ini merecharge kembali tenaga kami untuk bekerja," tuturnya Sumber.
Mungkin Pak Mahfud juga bisa mengajarkan cara bertamu yang baik kepada Amien Rais dan gerombolannya itu. Masak menggeruduk kantor KPU di hari Minggu, supaya ngepasin sama tanggalnya 313. Padahal isi ancaman mereka ditujukan pada jajaran KPU. Kan koplak! Ketahuan sekali bahwa niatnya itu sudah tidak baik, niatnya adalah untuk bikin rusuh. Tidak mau lewat jalan yang normal sebagaimana mestinya orang bertamu di kantor orang lain. Yang profesional gitu loh. Jadi saya harap sih, baik Pak Mahfud MD maupun Keluarga Gus Dur bisa sekalian mengajari Amien Rais dan gerombolannya itu adab dan etika gitu ya. Kasihan mereka itu, mungkin tidak pernah berkunjung ke kantor gitu. Kita juga siap dukung KPU bersama Mahfud MD, Keluarga Gus Dur dan semuanya. Demikian kura-kura, #JokowiLagi

Apakah Prabowo Dapat Berkuasa

Kita akhir-akhir ini disuguhi hal-hal yang berpotensi menggiring pendapat bahwa ada kecurangan dalam pemilu yang akan diadakan. Salah satunya adalah hoax 7 kontainer surat suara tercoblos. Hoax ini pada kenyataannya masih banyak dipercaya oleh akar rumput dari pendukung Prabowo-Sandi meskipun pada faktanya isu tersebut adalah bohong, fitnah dan hoax. Yang ditangkap terkait penyebaran isu tersebut adalah orang dari kubu Prabowo-Sandi, terkait itu inisiatif pribadi atau agenda bersama menurut saya semua punya asumsi yang berbeda-beda, tetapi pada kenyataannya, hal tersebut merugikan kubu Jokowi.

Sebelum hoax 7 kontainer kertas suara tercoblos untuk 01, sudah ramai juga kubu Prabowo mempermasalahkan kotak suara dari kardus. Sasaran tembaknya tentu saja KPU dan pemerintahan Jokowi. Hal ini menggiring opini masyarakat terkait potensi kecurangan yang bisa dilakukan karena kotak suara dari kardus mudah dibobol dan lain sebagainya. Meskipun pada kenyataannya, kotak suara dari kardus sudah dibahas bersama DPR perwakilan dari seluruh partai termasuk Gerindra, PKS PAN dan Demokrat. Hal ini tentu saja merugikan kubu Jokowi.
Yang terhangat ada lagi, beredar video fitnah yang mengatakan server KPU diseting untuk memenangkan Jokowi. Hal ini juga banyak dipercaya oleh akar rumput pendukung Prabowo-Sandi. Kejadian ini juga merugikan kubu Jokowi.
Selain fitnah dan hoax di atas, FUI juga pernah melakukan unjuk rasa di KPU. Dalam kesempatan tersebut, Amien Rais juga membuat pernyataan supaya ada audit IT KPU. Hal ini mau diakui atau tidak berpotensi menggiring opini publik, ada hal buruk atau potensi kecurangan dalam tubuh KPU. Kembali yang dirugikan adalah kubu Jokowi.
Kesan menggiring opini bahwa pemilu berpotensi ada kecurangan yang besar pun justru dilakukan juga oleh Prabowo dengan mengatakan mereka harus menang telak, sebab ada potensi suara mereka hilang belasan persen. Menurut saya, ini bukan ucapan yang bijak, dan bahkan membuat akar rumput mereka semakin berpikiran bahwa rezim Jokowi adalah rezim penjahat demokrasi seperti yang dilakukan oleh Seoharto, mertua dari Prabowo sang penguasa orde baru.
Berpotensi menebar kebodohan dan propaganda
Meskipun saat ini perkembangan terkait teknologi cukup pesat, namun perhitungan hasil pemilu tetap dilakukan secara manual. Oleh sebab itu, tuduhan dan fitnah terkait server KPU diseting untuk pemenangan Jokowi sudah otomatis terbantah.
Perhitungan di TPS disaksikan oleh saksi dari seluruh peserta pemilu. Berita acara pun ditandatangani oleh para saksi peserta pemilu. Hasil dari TPS pun bisa cepat dilaporkan ke pengurus pusat dilengkapi dengan bukti foto atau video penghitungan suara untuk penghitungan intern yang bisa digunakan sebagai kontrol atau cek silang dengan hasil hitungan dengan KPU.

Semua serba manual, dari TPS hingga ke KPU membuat kontrol bisa dilakukan oleh siapapun itu. Gak perlu orang ahli IT dan gak perlu takut adanya setingan perhitungan.
Karena perkembangan teknologi yang pesat pula, kita mampu menjaga demokrasi supaya berjalan dengan baik terkait perhitungan suara karena kita semua bisa mengawasi proses demokrasi tersebut.
Seruan people power menjadi gak masuk akal dan berpotensi adu domba
Jika proses pemilu dapat terkontrol dengan baik, maka hasil pemilu sudah mencerminkan kehendak sebagian besar rakyat, sudah seharusnya tidak ada lagi seruan people power seperti yang diancamkan oleh Amien Rais jika mereka kalah. Mereka bisa ke MK terkait sengketa pemilu bukan justru memprovokasi untuk melakukan people power.
Dari kubu politik manapun, sudah seharusnya lebih mengutamakan keutuhan bangsa di atas keinginan berkuasa. Oleh sebab itu, setiap ucapan yang berpotensi provokasi seharusnya dihindari, karena hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan konflik horizontal di akar rumput.
Jika kita bercermin dari masing-masing kubu politik memiliki akar rumput yang militan dan cinta mati terhadap tokohnya, maka provokasi dan propaganda yang memicu konflik bisa saja terjadi terkait pemilu dengan catatan para pendukung dan akar rumputnya bego akibat doktrin.
Tetapi tenang saja, saat ini teknologi makin canggih, orang Indonesia sudah banyak yang pinter, jadi akan mikir seribu kali kalau ingin membuat kisruh di negara sendiri, kecuali orang yang sudah terpapar radikalisme. Seumpama politik rusuh, rakyat juga yang rugi, karena saat ini Indonesia baik-baik saja, tingkat kepercayaan dunia pun oke, kalau kisruh politik terjadi, maka rakyat jelata yang tekena dampaknya, bukan Prabowo sang tuan tanah, ataupun Sandiaga Uno yang kaya raya. udah ah, itu aja..

Fadlizon: KPU Hitung manual agar tak ada kecurangan

Saya paling tidak suka sama orang-orang yang latar belakang pendidikannya tinggi, namun di depan publik bicaranya belagak dungu, belagak nggak paham. Apalagi orang-orang yang punya jabatan, yang gajinya dibayar dari uang rakyat. Jelas tujuannya pasti jelek dan jahat. Buat bikin rakyat bodoh, mau menghasut rakyat. Makin bodoh rakyat, dia makin senang. Makin tercapai tujuannya. Rakyat yang bodoh, akan gampang dikendalikan. Jika nanti gerombolannya mendapatkan kekuasaan, makin gampang bagi mereka untuk peras dan perah rakyat dan kekayaan bumi tanah air tercinta ini. Sudah mirip sekali dengan rezim Orde Baru kan? Nggak heran, lihat saja siapa-siapa yang berdiri di dalam gerombolan ini.
Ini yang dilakukan oleh Fadli Zon beberapa hari lalu, menanggapi tertangkapnya dua buzzer hoaks “server KPU di-setting menangkan Jokowi”. Sudah dibilang pihak berwajib kalau itu adalah hoax, Fadli Zon masih saja membela hoaks-nya, bukan membela pelakunya lho ya. Kalau pelakunya kan tidak diakuin sebagai bagian dari kubu Prabowo, seperti biasa. "Tapi menurut saya, itu (kecurigaan terhadap server KPU) bukan hoax. Bahwa ada kecurigaan terhadap server KPU, kan," terangnya. "Lihat saja, kalau tidak salah ya, coba cek lagi, dalam Pilkada Jawa Barat tiba-tiba ada server down. Iya, kan? Terus bagaimana server down, sementara rekapitulasi suara kecepatannya ada di server?" imbuh Fadli. Fadli menyebut rakyat memiliki hak mempersoalkan server KPU. "Jadi hak rakyat untuk mempersoalkan server itu. Karena server itu dalam beberapa pilkada juga pernah down, pernah hilang, pernah di-hack, server pernah di-hack, dan mudah untuk di-hack oleh kekuatan-kekuatan orang yang jago-jago IT, hacker dan sebagainya," papar Fadli. "Jadi saran saya, KPU tidak perlu pakai server. Kita hitungan manual saja. Jadi buang saja itu server," jelasnya Sumber.
Saya baca judul artikel detik.com yang melansir pernyataan Fadli Zon di atas saja sudah ngakak. Antara ngeselin dan kocak. Seorang wakil rakyat, punya latar belakang pendidikan tinggi, sering ke luar negeri dan sering belagak paling pinter di Twitter. Tapi mengusulkan sesuatu yang sudah dilakukan oleh KPU sejak lama. Yang sering sekali dijelaskan KPU di banyak media. Artinya apa? Artinya, tidak mungkin seorang Fadli Zon tidak paham dan tidak tahu soal itu. Artinya, dia ini sengaja pura-pura tidak tahu, lalu mengusulkan sesuatu yang seolah-olah baru dan memberikan solusi. Dengan pernyataan yang sifatnya membodohi ini, Fadli Zon berharap para kampret yang memang gaptek dan dungu akan bersorak gembira. Percaya bahwa Fadli Zon telah menyerukan inovasi. Lalu mereka yang dungu ini dapat segera menyebarkan kedunguan bahwa kubu Prabowo lah yang mengusulkan KPU hitung manual. Sudah kebaca, udiiiiiiin!
Sistem perhitungan di KPU memang manual. Itu sudah dijelaskan berkali-kali di media. Termasuk ketika Amien Rais dan gerombolannya menggruduk KPU pada awal Maret lalu. Yang Amien Rais minta KPU di-audit IT-nya. Dan kalau hasilnya tidak clear, maka pasangan Prabowo – Sandiaga akan mundur. Hehehe… Emang berani mundur? Ancaman Amien Rais ini dijawab santai oleh KPU. Komisioner KPU Wahyu Setiawan menerangkan bahwa sesuai undang undang KPU melakukan penghitungan suara secara manual. "Hasil akhir pemilu itu tidak dilakukan berdasarkan teknologi informasi. Jadi hasilnya itu berdasarkan kertas berjenjang dari tingkat TPS, kabupaten, provinsi hingga nasional," ujar Wahyu 

Di lain kesempatan, pada bulan Desember 2018 lalu, Komisioner KPU Viryan Azis juga menegaskan mekanisme penghitungan suara pada pemilu 2019 tetap menggunakan metode manual. Jika kemudian ditemukan kesalahan sistem pengamanan atau dapat diretas pada proses pemilihan, kata Viryan, hal tersebut tidak terlalu bermasalah dalam hasil hitungan akhir dari KPU. Karena perolehan suara pada pemilu dihitung dan ditetapkan secara manual. Teknologi informasi pemilu, menurut Viryan, digunakan sebagai alat bantu menyampaikan informasi kepada publik mengenai proses, perkembangan penghitungan, dan penetapan hasil pemilu. "Poin pentingnya adalah pemilu 2019 bukan pemilu elektronik. Pemilu 2019 adalah pemilu manual seperti pemilu sebelumnya," kata Viryan. "Terkait dengan hasil pemilu, di negara luar ada hasil penghitunganya berubah karena diretas. Tapi tidak demikian di Indonesia, karena tetap manual," imbuhnya 

Jadi ya, pret, sistem IT di KPU itu seperti layaknya papan pengumuman. Kalau pun diretas atau down, papan pengumumannya saja yang kena. Sementara isi pengumumannya masih bisa difotokopi dan dipasang lagi. Yang kayak gini masak Fadli Zon tidak tahu? Saya nggak yakin. Justru saya yakin kalau Fadli Zon sangat tahu. Namun niatnya memang jahat, mau membodohi rakyat. Wakil rakyat macam apa?!

Siapakah Coki Pardede? KASUS ormas




Reza Pardede atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Coki (lahir di JakartaIndonesia21 Januari1988; umur 31 tahun) adalah seorang pelawak tunggal yang terkenal lewat ajang pencarian bakat Stand Up Comedy Indonesia Season 4 yang diselenggarakan oleh Kompas TV dan Stand Up Comedy Academy 2 yang diselenggarakan Indosiar. Coki juga merupakan seorang penyiar Oz Radio 90.8 FM Jakarta[1].




Coki yang asli dari Medan dibesarkan di kota Depok dan menyelesaikan seluruh pendidikannya di sana. Sebelum mengikuti kompetisi SUCI 4, Coki pernah bermain di serial Malam Minggu Miko 2 bersama Raditya DikaAndovi da LopezHadian Saputra, dan Jovial da Lopez di dua episode yang berperan sebagai produser televisi lokal. Coki merupakan seorang komika dari komunitas Stand Up Indo Depok dan juga komika di Universitas Gunadarma. Di komunitas Depok sendiri, Coki termasuk komika senior bersama dengan Heri Horeh. Selain sebagai komika, Coki bersama komika Depok lainnya yaitu Iyam Renzia dan dua orang lainnya, Randa dan Kaisan Putra membentuk sebuah band bernama NYIAH. Coki sendiri bertindak sebagai vokalis dan hingga saat ini sudah meluncurkan 3 single bersama NYIAH[2]. Tahun 2014, Coki mengikuti kompetisi Stand Up Comedy Indonesia Season 4 yang diselenggarakan Kompas TV dan bertahan hingga babak 7 besar. Coki close mic di show 10 Stand Up Comedy Indonesia Season 4, namun tergeser ke 8 besar setelah kembalinya Pras Teguh ke dalam kompetisi via Babak Callback. Dua tahun kemudian, Coki kembali mengikuti kompetisi stand up comedy. Coki tercatat sebagai finalis Stand Up Comedy Academy season 2 pada tahun 2016[3]. Coki sendiri berhasil bertahan hingga 9 besar di kompetisi ini[4]. Coki kemudian bersama Tretan Muslim serta beberapa komika membentuk sebuah kelompok bernama Majelis Lucu Indonesia atau MLI yang bergerak sebagai kelompok yang menyajikan acara stand up comedy dengan berbagai genre dan menyatakan diri sebagai kelompok yang menilai standar kelucuan yang ada di Indonesia saat ini.[5]

Sama seperti Hifdzi dan Beni, Coki termasuk komika absurd di SUCI 4 karena imajinasi mereka bisa dibilang lebih tinggi dan liar dari kontestan lain. Coki juga mempunyai kelebihan lewat cara penyampaian atau deliverymateri nya yang tegas dan jelas pada penonton, sehingga penonton yang menyaksikannya ikut merasakan apa yang disampaikan olehnya. Plus di setiap akhir bit nya, terkadang Coki menyelinginya dengan tawanya yang aneh namun justru mengundang kekocakan. Seperti contohnya saat show8 bertema perempuan, Coki membawakan materi bertajuk 'Perempuan Sulit Dimengerti':
Feni Rose, salah satu juri di SUCI 4 juga berkomentar demikian di show 8:

Majelis Lucu Indonesia

Hanya ada dua tipe orang Indonesia saat ini. Mereka yang sudah tahu Majelis Lucu Indonesia atau biasa disingkat MLI. Dan mereka yang akan tahu MLI. Pernyataan tersebut mungkin berlebihan. Tapi fenomena kelompok yang satu ini memang tak bisa dianggap remeh.
Pesatnya perkembangan mereka di dunia digital mungkin tak bisa dicapai dalam mimpi paling indah para master internet marketing sekalipun. Dalam hitungan kurang dari 3 bulan akun twitter @MajelisLucu sudah diikuti 27 ribu orang. Sementara Instagram @majelislucuindonesia sudah diikuti 32 ribu orang.
Pengikut mereka paling militan ada di youtube dengan 66 ribu subscriber. Mungkin angka subscriber ini belum semasif para youtuber yang muncul lebih dulu. Tapi kalau dilihat lebih detail, tiap video unggahan MLI rata-rata ditonton oleh ratusan ribu orang, jauh melebihi jumlah subscriber mereka.
Salah satunya bahkan sempat jadi trending topic di Indonesia. Prestasi yang keren karena video itu bertengger berbarengan sekaligus bersaing dengan video-video yang diliput media skala nasional macam kasus Abu Janda Vs Felix Siauw.
Tak cuma garang di dunia maya. Setiap show yang dibuat MLI selalu diburu para penggemarnya. Terakhir adalah show bertajuk Maha Lucu yang tiket pre sale-nya ludes dalam waktu kurang dari 20 menit. Lokasi show bahkan terpaksa dipindah karena antusiasme mereka yang ingin datang. Belakangan total tiket yang terjual lebih dari 1000 buah.
Tapi tak semua juga manis. Pilihan MLI untuk menempuh jalur komedi sarkastik, roasting bertabur kritik vulgar hingga kata-kata keras nan kasar beberapa kali membuat kuping sebagian orang panas. Walhasil pergesekan dengan pihak-pihak lain pun satu dua kali terjadi.
Wajar, karena jenis lelucon yang ditawarkan mereka ini sudah lama absen dari peta komedi Indonesia. Tak heran, banyak juga orang yang belum siap menerima dan menjadi alergi. Tak main-main, Reza Pardede alias Coki salah satu founder kelompok ini bahkan menyebut: “kalau MLI tak hati-hati, maka diperkarakan ke pihak berwajib sejatinya tinggal menunggu waktu”.
Pernyataan itu kami dapatkan ketika menemui Coki di suatu sore. Secara kebetulan pula hari itu MLI sedang sedikit berselisih paham dengan salah satu pihak. Berikut cuplikan obrolan kami dengan Coki.
Kemunculan yang begitu cepat bikin sebagian orang bingung apa sebetulnya MLI itu. Bisa jelaskan?
Secara sederhananya kami di MLI hanya ingin memberikan alternatif tontonan komedi untuk masyarakat Indonesia. Selama ini kita (orang Indonesia-Red) hanya disuguhkan jenis komedi yang itu-itu saja. Bosen khan misalnya hanya lihat orang dilempar tepung dan harus kita tertawakan. Atau contoh lain, lucu itu harus pakai aksi terpleset atau colok-colok mata. Tapi masalahnya di televisi dan sebagian panggung ya memang hanya ada yang seperti itu. Nah, MLI hadir untuk menjawab situasi tersebut.
Terlihat sederhana tapi memperbaiki hal tersebut tampak seperti tugas besar. Siapa sebetulnya orang-orang yang mau melakukan itu?
Awalnya MLI cuma sebuah akun yang dibuat secara iseng oleh Tretan Muslim. Teman kita yang satu itu di lingkaran pertemanan memang gemar menilai joke-joke kawan lain lucu atau tidak. Beberapa waktu kemudian Tretan bertemu saya (Coki-Red) dan Joshua Suherman. Baru kemudian berkumpul dengan total 12 orang.
Yang semula hanya menilai joke-joke kawan, jadi diperlebar ke orang lain. Karena banyak juga di dunia maya yang selama ini merasa dirinya lucu tanpa ada pihak lain yang menilai. Follower-nya pasrah saja mengikuti bercandaan yang sesungguhnya tidak lucu.
Kami (dalam MLI disebut Hakim), memberanikan diri untuk menilai mana joke yang memang lucu dan mana yang sampah. Dan ternyata banyak orang yang suka dan merasa terwakili dengan penilaian kami.
Nah, bicara soal hakim dan menghakimi bahkan sampai menyebut sampah terhadap jokes orang lain, banyak pihak mempertanyakan kredibilitas MLI. Siapa MLI merasa diri bisa menilai lucu tidaknya sebuah lelucon?
Justru kami sadar penuh kok bahwa jokes, lelucon itu sifatnya sangat subjektif. Yang lucu buat kami belum tentu lucu buat orang lain dan begitu juga sebaliknya. Bersandar dengan kesadaraan ini kalau ditanya apa kredibilitas kami memberi cap sampah ke jokes orang lain, ya jawabannya, sampah itu menurut subjektivitas kami. Silahkan terima boleh juga tidak.
Anehnya ada pihak yang tidak bisa terima penilaian kita. Padahal kalau dilihat follower si orang-orang itu jauh lebih banyak. Dan reaksinya serta komentar para followernya juga bilang lucu. Seharusnya ya sudah, mereka bisa konsentrasi saja ke 30 ribu orang yang bilang lucu, abaikan saja penilaian kami. Siapalah MLI yang cuma sedikit orang ini.
Tapi faktanya memang tak sesederhana itu bukan? Pengikut MLI jauh lebih militan. Ketika MLI menilai sampah sebuah jokes, pengikut MLI mendatangi akun tersebut dan menyerbu dengan perkataan sampah atau tidak lucu di akun bersangkutan. Bagaima MLI menanggapi ini?
Iya itu tidak bisa dipungkiri. Kami menyadari sedang melahirkan para “monster”. Karena sedari awal MLI menggaungkan freedom of speech. Jadi semua orang bisa menyuarakan pendapatnya. Kami sendiri sudah ada sedikit “kengerian” dan paham resikonya kalau kami tidak lucu, fans kami akan mudah mengatakan sampah.
Tapi menurut kami hal itu diperlukan antara selebritas dan fans. Supaya tetap ada fungsi kontrol. Mungkin kawan-kawan komunitas lain, konten kreator atau komika lain belum terbiasa dengan fans yang jujur seperti ini.
Namun MLI sedari awal juga berusaha meminimalisir serangan pengikut MLI ke pribadi orang lain. Kami berusaha menciptakan jaring pengaman dengan selalu menjelaskan kepada pengikut MLI bahwa yang kita nilai itu karyanya. Kami tidak pernah mendiskreditkan orangnya. Jadi jangan serang orangnya.
Tapi kalau karyanya? Menurut saya pribadi sebuah karya itu memang sudah sewajarnya dikritisi. Apalagi dengan mengunggahnya ke sosial media, seharusnya orang itu siap juga untuk karyanya dikritik.
Bicara soal karya, bisa ceritakan soal roasting yang sepertinya jadi program andalan MLI? (Roasting adalah jenis komedi dimana ada satu orang yang sifat, perilaku, karya dan faktor lain dalam dirinya, dijadikan bahan lelucon oleh lawannya-Red)
ya, acara terakhir kemarin, kami dapat antusiasme cukup tinggi dari pengikut MLI. Hanya dalam 20 menit tiket pre sale berhasil terjual dan totalnya ada 1000 tiket yang terjual. Acara itu bentuknya sebetulnya kompetisi komedi dan malah bukan roasting. Bisa dibilang hal seperti itu pertama kali di Indonesia. Orang bersedia membayar untuk menonton kompetisi komedi. Dan ternyata orang mau dan antusias.
Tapi sebetulnya Majelis Lucu Indonesia tetap program andalannya roasting. Acaranya lebih intim dengan jumlah orang yang terbatas. Tiketnya pun jelas lebih mahal dari acara kemarin itu. Kenapa harus lebih mahal? Karena kami juga ingin menseleksi penonton yang akan hadir. Karena komedi roasting itu keras, penuh kritik dan vulgar. Kalau yang tidak kuat dan tak terbuka pikirannya lebih baik tidak hadir.
Ada yang bilang, komedi roasting itu tak sesuai adat ketimuran. Kekurangan orang kok dibicarakan dan dicela-cela. Ada pendapat mengenai hal ini?

Kami mengundang langsung orang yang akan kami roasting. Semua materi atas persetujuan yang bersangkutan. Mereka yang akan diroasting boleh menentukan lebih dulu mana yang bisa disentuh dan mana yang tidak.
Contohnya ketika roasting Bayu Skak. Dia bilang untuk tidak menyentuh ranah keluarga terutama orang tuanya. Kami menghargai itu dan bicarakan dengan mereka yang akan menjadi roaster (komika yang naik panggung membicarakan sang tamu-Red). Ada juga misalnya tamu lain yang bilang dia tak mau gosip A, B, C, D tentangnya disinggung. Kami pun tertib melaksanakan itu.
Lagi pula sesungguhnya, mereka yang kami roasting adalah mereka yang kami berikan respect. Buat apa meroasting orang yang bukan siapa-siapa. Selain itu menurut kami cara paling tepat untuk mengatasi kekurangan, kesalahan, kekeliruan adalah dengan meng-embrace-nya dan mengakuinya. Jadi buat orang yang bersedia di roasting sebetulnya itu membantu si orang tersebut mengatasi problemnya.
Tapi kontennya juga tidak terbatas orang yang diroasting, kadang melebar sampai kritik sosial, politik dan orang lain di luar itu bukan?

Betul dan itu menjadi bagiannya. Kita tidak pernah takut dengan segala konten yang ada di panggung roasting kami dengan penonton tertutup. Penonton kita sudah sangat cerdas dan paham mereka membeli tiket untuk apa.
Setiap show, kami juga menerapkan no camera policy alias tidak boleh merekam show kami apapun alasannya. Ini untuk meredam ekses yang tidak perlu. Ketika show tersebut akhirnya kami naikan di youtube, kontennya sudah mengalami banyak penyuntingan serta sensor. Jadi bisa dibilang sudah sangat aman untuk konsumsi umum.
Kami justru mengkhawatirkan konten-konten di channel yang lain, terutama twitter. Kadang kami sebagai admin juga terbawa suasana. Walhasil ada juga konten-konten yang tegas menyinggung orang lain. Kalau MLI tak hati-hati, maka diperkarakan pihak berwajib sejatinya tinggal menunggu waktu. Ntah, karena pencemaran nama baik atau kasus lainnya.
Tapi sedari awal kita semua sudah menyadari hal itu. Karenanya saya dan muslim tidak pernah mau kalau Majelis Lucu Indonesia itu dikaitkan dengan Coki atau Tretan Muslim saja. MLI adalah 12 orang itu. Jadi kalau pun kita berakhir di pihak berwajib, dipenjaranya rame-rame…hahaha…
Melihat pesatnya perkembangaan MLI, apa sebetulnya ada strategi marketing khusus?
Strategi khusus sebetulnya juga tidak ada. Kami hanya berusaha jujur dengan kegelisahan kami sendiri. Dan ternyata banyak juga yang merasa terwakili. Mungkin itu yang membuat kita cepat diterima.
Misalnya ada satu seleb instagram yang selama ini mendapat respon positif dan dibilang lucu oleh sekian ribu followernya. Sebetulnya ada yang merasa si seleb itu tak lucu tapi tidak berani menyuarakan atau memilih tak peduli.
Ketika MLI berani menyatakan karya si seleb itu sampah, mereka yang semula tak peduli jadi merasa terwakili. Iya bener, si bangsat ini tidak lucu sampah! Begitu yang terjadi.
Dari titik ini, kemana MLI akan dibawa?
Wah, kita juga belum apa-apa sebetulnya. Karena tujuan besarnya adalah memperbaiki situasi komedi di Indonesia. Kita sudah terlalu lama disajikan dengan jokes-jokes receh yang tersedia gratis di televisi. Jadinya banyak orang mempertanyakan ketika harus membayar untuk menonton sebuah pertunjukan komedi.
Hasilnya? Sulit buat komedian untuk hidup dari menjadi komedian. Mungkin komedian bisa hidup dengan menjadi host, pemain film, dan lainnya. Tapi dengan menjadi komedian sangat sulit. Inilah yang pelan-pelan kita coba perbaiki.
Karena menjadi komedian itu butuh kerja keras dan tidak murah. Penyanyi misalnya, tak masalah menyanyikan lagu yang sama berulang-ulang selama bertahun-tahun. Sementara komedian? Satu kali jokesnya didengar lucu sekali. Dua kali jokes yang sama, kelucuannya berkurang. Ketiga kali? Besar kemungkinan sudah tak lucu. Karena komedi itu harus ada unsur kejutannya. Jadi komedian dituntut untuk mencari materi baru non stop dan itu tidak murah.
Kalau bicara Majelis Lucu Indonesia sendiri? Banyak hal yang bisa dilakukan. Dari menjual merchandise hingga menjadi konsultan komedi untuk film, cerita, show dan sebagainya. Sedari awal kami menyebut diri kami kapitalis tanpa ditutup-tutupi. Jadi jangan kaget kalau kami bicara uang dan keuntungan.
Dan karena kami memulainya dari komedi, semua hal jadi terasa wajar untuk kami lakukan dan bisa diterima para pengikut MLI. Kami pernah coba menjual batu bata secara satuan dengan cap MLI. Ternyata banyak yang bersedia untuk membeli.
Terakhir ini kami menjual sarung MLI. Kalau dipikir secara rasional, mereka mau pakai sarung MLI kemana sih? Tapi ternyata ya ada yang mau beli. Karena ini komedi, kami lebih bebas melakukan apa saja. Perjalanan masih panjang.

Siapakah tretan muslim? BIODATA dan sederet Kasus

GOSIPDONG-Aditya Muslim (nama lain: Tretan Muslim) (lahir di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, Indonesia, 10 Maret 1991; umur 28 tahun) adalah seorang pelawak tunggal berkebangsaan Indonesia. Muslim adalah salah satu kontestan Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV[1] musim ke-3 (SUCI 3) pada tahun 2013.



  1. KEHIDUPAN PRIBADI - Muslim berasal dari Madura dan menjadi kontestan dari Madura pertama yang tampil di kompetisi SUCI. Sebelumnya Muslim bekerja sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit di Surabaya.[2] Muslim selalu membawakan materi komedi mengenai keunikan daerahnya, salah satunya mengenai besi. Pada saat stand up comedy, Muslim memperkenalkan dirinya dengan gelar MM, yang artinya Madura Move On. Ini karena menurutnya orang Madura kalau tampil di acara TV selalu jadi tukang sate, maka lewat dirinya lah Madura bakal dapat kemajuan kalau tampil di TV. Pembawaannya ketika membawakan materi terlihat sangat serius namun dengan memberi punchline beserta logat Madura yang kental mampu membuat penonton tertawa. Muslim terkenal dengan beberapa tagline, seperti Aseloleee...joss!! serta gaya Kamseupay yang diciptakannya saat tampil serta melakukan act out dengan melakukan gerakan ala boyband.[3] Sempat beberapa kali memperoleh standing applaus dari penonton di beberapa penampilannya di SUCI 3, Muslim akhirnya tereliminasi di 6 besar.[4] Muslim memiliki fansclub yang dipanggil ELM yang merupakan singkatan dari EverLasting Muslim. Muslim bersama pelawak tunggal lainnya, Pras Teguh dan Arif Alfiansyah membentuk kelompok trio komika bernama Overacting pada tahun 2014 dan telah melakukan tour dengan nama yang sama di beberapa kota besar di Indonesia. Pasca SUCI 3 dan pindah ke Jakarta, Muslim melanjutkan pendidikannya untuk gelar sarjana di Universitas Esa Unggul, jurusan Kesehatan Masyarakat. Muslim kemudian menjadi seorang youtuber dengan nama akun "Tretan Universe" yang terkenal dengan beberapa program komedinya antara lain Tretan Barber Soup di mana ia menjadi seorang tukang cukur dan Last Hope Kitchen di mana ia menjadi seorang koki yang memasak makanan dengan cara ala anak kost. Muslim dan Coki Pardede serta beberapa komika lainnya kemudian membentuk sebuah kelompok komedi dengan nama Majelis Lucu Indonesia[5]. Dalam perjalanannya, Majelis Lucu Indonesia akhirnya menjadi sebuah lembaga badan usaha dalam bidang entertainment.
  2. KASUS - Pada tanggal 20 Oktober 2018, Muslim bersama Coki Pardede yang merupakan duet andalan Majelis Lucu Indonesia dituding telah menistakan agama Islam. Hal itu dikarenakan Muslim mengunggah video ke saluran Youtube pribadinya tentang cara memasak daging babi, yang diselingi gurauan khas ala mereka berdua. Beberapa gurauan mereka dinilai mengarah ke hukum dalam agama Islam, di mana akhirnya hal ini memancing beberapa tokoh Islam di Indonesia untuk berkomentar bahwa candaan mereka dinilai sudah menginjak-injak bahkan melecehkan agama Islam. Muslim bersama Coki yang sudah terbiasa dihujat netizen kali ini harus merasakan beberapa hal yang tidak mereka inginkan terjadi, beberapa diantaranya menyeret nama Majelis Lucu Indonesia sebagai lembaga yang menaungi mereka hingga ancaman pembunuhan terhadap orang-orang terdekat mereka. Sehingga pada tanggal 30 Oktober 2018, Muslim bersama dengan Coki sepakat untuk bertanggung jawab atas masalah mereka dan memutuskan untuk mundur dari Majelis Lucu Indonesia sekaligus vakum dari dunia hiburan Indonesia hingga batas waktu yang tidak ditentukan.[6][7] Akhirnya pada awal tahun 2019, Muslim bersama Coki kembali ke dunia hiburan secara bertahap.
  3. KARIR - 

  1. Stand Up Comedy (Metro TV)
  2. SUPER (Kompas TV)
  3. Comic Story (Kompas TV) Sebagai anggota Geng Kampungan, bersama Babe dan Arie Kriting
  4. Stand Up Everywhere (RCTI)
  5. Republik Sosmed (Trans TV) segmen roasting bintang tamu
  6. Sebagai finalis pada tahun 2013 (SUCI KOMPAS TV)
SINETRON
  • JIN DAN JUN BIKIN KEPO (2016)
  • GET UP STAND UP(2016)
  • COMIC KONG X KONG(2016)
  • FIGHT 555(2018)
  • PARTIKELIR(2018)
  • YOWISBEN(2018)

Keluarga Gus Dur Siap Lawan Amien Rais Dan Gerombolan People Power-nya!

Hari-hari yang makin singkat menjelang Pilpres 2019 terasa makin panas, buat kubu Prabowo sih. Soalnya hanya mereka yang makin kerap m...